Putussibau, 16 Oktober 2024 — Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum (BBTNBKDS) telah sukses menyelenggarakan kegiatan pelatihan “Peningkatan Kapasitas Masyarakat dalam Pengembangan Ekowisata di Zona Pemanfaatan melalui Pelatihan Teknik Interpretasi”. Pelatihan ini berlangsung selama dua hari, yakni pada tanggal 14 – 15 Oktober 2024, bertempat di Desa Nanga Leboyan, Dusun Batu Rawan, wilayah kerja Resort Semangit, Seksi PTN Wil. V Selimbau, Bidang PTN Wil. III Lanjak.
Acara ini diadakan di Gedung Pengolahan Madu APDS (Asosiasi Periau Danau Sentarum) dan dihadiri oleh 30 peserta dari kelompok sadar wisata (POKDARWIS) Kampung Semangit. Narasumber dalam kegiatan ini adalah tenaga pengajar professional di bidang ekowisata dari Institut Pertanian Bogor (IPB University), yaitu Dr. Ir. Eva Rachmawati, S.Hut., M.Si., IPM dan Resti Meilani, S.Hut., M.Si.
Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari program fasilitasi kesepakatan konservasi dan penyusunan rencana kelompok untuk pengembangan ekowisata serta pemberian bantuan usaha ekonomi produktif untuk pengelolaan jasa wisata alam di kawasan Taman Nasional Danau Sentarum. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan Anggota Pokdarwis Kampung Semangit menjadi seorang interpreter yang terampil dan informatif.
Pelatihan ini menggabungkan metode pembelajaran teori di dalam kelas dengan praktik lapangan. Materi yang disampaikan meliputi teknik menjadi seorang interpreter, etika dan tata cara pemanduan, pengelolaan dan peraturan perundangan wisata di Indonesia, serta kebijakan wisata di Indonesia. Sementara itu, materi praktik lapangan mencakup simulasi pelayanan penyambutan tamu dan penyusunan jadwal kunjungan ke objek wisata. Peserta juga mendapatkan kesempatan untuk mempraktikkan peran sebagai interpreter dengan mengunjungi objek wisata yang telah dirancang sebelumnya.
Dr. Ir. Eva Rachmawati menekankan pentingnya mengidentifikasi potensi unggulan wisata yang dikelola oleh Pokdarwis Kampung Semangit. “Menjadi seorang interpreter tidak hanya sebatas menunjukkan jalan, tetapi juga mampu mempresentasikan objek wisata unggulan di wilayahnya, sehingga menarik minat pengunjung agar betah dan ingin kembali lagi,” tuturnya. Resti Meilani menambahkan bahwa seorang interpreter berfungsi sebagai jembatan penghubung antara objek wisata dan pengunjung. “Informasi yang diberikan harus bermanfaat dan dirasakan manfaatnya oleh pengunjung,” jelasnya.
Sementara itu Kepala Balai Besar TNBKDS menyampaikan bahwa “Upaya dalam pengelolaan kawasan TNDS dilaksanakan secara maksimal tentu untuk menunjang kesejahteraan masyarakat. Pelatihan keterampilan interpretasi bagi pelaksana pendamping ekowisata yang dimotori oleh masyarakat Semangit diharapkan bermanfaat dan peserta dapat mengambil ilmu dan manfaat sebanyak-banyaknya dari para narasumber”. Erwanto sebagai ketua POKDARWIS menyampaikan bahwa “pelatihan yang digagas oleh Balai Besar TNBKDS sangat bermanfaat bagi masyarakat sehingga menambah ilmu dan keterampilan dalam interpretasi obyek ekowisata di kampung Semangit, Bukit Semujan dan kegiatan rutin masyarakat. Diharapkan untuk waktu selanjutnya, Narasumber dapat kembali ke Semangit untuk mengajari kami materi-materi lebih lanjut lagi dan BBTNBKDS dapat terus memfasilitasi dan mendampingi kami”.