PONTIANAK – Kepala Bidang Teknis Konservasi BBTNBKDS Ardi Andono mewakili tiga desa di Kapuas Hulu menerima sertifikat Proklim Utama 2020, yang diserahkan Dirjen PPI Dr Ruandha Agung Sugardiman, di Jakarta.
Tiga desa di Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat menyabet gelar Program Kampung Iklim (Proklim) Utama 2020 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Tiga desa yang berada dalam kawasan Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum (BBTNBKDS) itu adalah desa Mensiau, Manua Sadap, dan Pulau Majang.
Penyerahan penghargaan dilaksanakan dalam Puncak Acara Festival Iklim 2020, pada 23 Oktober 2020 secara online dan offline. Khusus desa Mensiau, penghargaan berupa tropi, sertifikat, dan insentif diberikan oleh Menteri KLHK diwakili Sekretaris Jenderal Kementerian KLHK. (Baca: Protes Zonasi PPDB, Warga Yogya Desak Kuota Siswa Berprestasi Ditambah)
Penyerahan penghargaan secara online diterima Kepala Desa Mensiau Silverter Berasap. Sedangkan secara offline diwakili Kepala Bidang Teknis Konservasi BBTNBKDS Ardi Andono, yang diterima dari Dirjen PPI Dr Ruandha Agung Sugardiman, di Jakarta.
Proklim Utama adalah penghargaan yang diberikan dalam Program Kampung Iklim yang digagas Direktorat Jenderal Perubahan Iklim (PPI) Kementerian LHK. Di mana di dalamnya dinilai tentang upaya masing-masing desa dalam rangka adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.
Adapun tiga desa di Kapuas Hulu yang menyabet gelar Proklim Utama 2020, selama ini dibina pihak TNBKDS. Dan dalam upayanya mendukung Proklim 2020, setiap harinya warga tiga desa ini didampingi para penyuluh dan petugas di masing-masing resort yang ada dalam kawasan TNBKDS.
Resort PTN Wilayah Sebabai untuk Desa Mensiau, Resort PTN Wilayah Sadap untuk Desa Manua Sadap, dan Resort PTN Wilayah Pulau Majang untuk Desa Pulau Majang. Kepala BBTNBKDS Arief Mahmud mengatakan, keberhasilan ini merupakan kerja sama yang apik antara petugas dan masyarakat desa yang dapat beradaptasi dengan kebiasaan baru dan adaptasi atas perubahan iklim.
Seperti di Desa Mensiau, masyarakat setempat sudah menerapkan Pembukaan Lahan Tanpa Bakar (PLTB), pembuatan cuka kayu untuk pupuk organik, pembuatan disinfektan alami, pertanian sayuran organik, dan patroli pencegahan kebakaran hutan melalui kelompok Masyarakat Peduli Api (MPA).
“Dan yang tak kalah penting masyarakat didampingi petugas resort juga menerapkan 3R, yakni Reuse (penggunaan kembali limbah), Reduce (Pengurangan limbah) dan Recyle (Pemanfaatan olahan limbah) di desa tersebut,” kata Arief.
Arief melanjutkan, bahwa sinergitas dalam mengantisipasi dan mengurangi dampak perubahan iklim dapat dilaksanakan oleh berbagai pihak, baik dari tingkat desa hingga nasional. Kabupaten Kapuas Hulu sendiri memiliki potensi desa Proklim yang banyak dan juga didukung oleh banyak pihak baik NGO maupun pemerintah daerah. “Untuk itu tidak mustahil ke depannya desa-desa di Kabupaten Kapuas Hulu menyabet lebih banyak lagi predikat Proklim Utama,” tandas Arief.