Putussibau, 8 Januari 2018. Kepala Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum (BBTNBKDS) Arief Mahmud melepas keberangkatan Tim Penelitian Biodiversitas yang tergabung dalam program kerjasama antara BBTNBKDS dan Asian Development Bank (ADB) menuju Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Sibau kawasan TN Betung Kerihun. Dalam arahannya Arief menekankan pentingnya menjaga kekompakan selama melaksanakan tugas di lapangan. Medan yang relatif sulit dan ketiadaan jaringan komunikasi harus menjadi perhatian tim. “Kekompakan ini menjadi hal yang sangat penting, keselamatan harus menjadi prioritas” tegasnya. Ditambahkannya, setiap anggota tim harus saling membantu dan bisa menjaga diri masing-masing sehingga mampu ke kembali Putussibau dengan selamat. “Target data lapangan diambil dengan baik namun jangan mengabaikan keselamatan dalam bekerja” ujarnya.
Dalam wawancara dengan tim humas, Kepala Bidang Teknis Konservasi BBTNBKDS , Ahmad Munawir mengatakan bahwa tujuan utama penelitian ini untuk menggali data dan informasi biodiversitas yang ada di DAS Sibau sebagai tindak lanjut persiapan pembangunan stasiun riset biodiversitas TNBKDS. Tim ahli yang terdiri dari 13 personil gabungan beberapa tenaga ahli universitas dan staf BBTNBKDS nantinya akan terbagi menjadi beberapa tema penelitian diantaranya mamalia, burung, ikan, primata dan herpetofauna. “Dari hasil eksplorasi ini kita akan mengetahui potensi yang ada dan tim bisa merekomendasikan titik-titik mana saja (di DAS Sibau) untuk melakukan kajian khususnya terkait spesies tadi” jelasnya. Lebih lanjut, Munawir menuturkan bahwa stasiun riset ini akan menjadi stasiun unggulan bagi penelitian hutan hujan tropis Kalimantan yang tergabung dalam program Heart of Borneo. Merujuk hasil penelitian lembaga dan perguruan tinggi yang ada, alasan penelitian difokukas di DAS Sibau karena memiliki keragaman biodiversitas tertinggi dan relatif lengkap dibanding DAS lain di TNBK. “Target penelitian di DAS Sibau ini di daerah Bukit Jut dan Sungai Kanyau yang masih termasuk daerah blank spot (belum diketahui/kurang tereksplor) dan diprioritaskan kesana” jelasnya.
Mantan Kepala Seksi Pengendalian Pengelolaan Kawasan Pelestarian Alam di Direktorat Jenderal Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistem (Ditjen KSDAE) ini menambahkan bahwa proyek ini telah dimulai sejak tahun 2015 dibawah payung Proyek ADB TA 8331 INO: Sustainable Forest and Biodiversity Management in Borneo. Selama 15 hari tim akan meneliti keragaman biodiveritas serta mengumpulkan spesimen yang dibutuhkan untuk selanjutnya menjadi dokumen penelitian. Menurutnya, pembangunan stasiun riset di jantung borneo merupakan legacy (warisan) dari Ditjen KSDAE yang bercita-cita memiliki pusat riset unggulan tentang hutan tropis Kalimantan. ”Kita memiliki cita-cita untuk membangun stasiun penelitian unggulan bagi peneliti dalam dan luar negeri untuk mengeksplorasi biodiversitas hutan borneo” pungkas Munawir menutup wawancaranya.