Pulau Majang, 27 Juni 2020 – Resort Pulau Majang merupakan salah satu resort yang ada di kawasan Taman Nasional Danau Sentarum (TNDS) yang memiliki luas 18.696 Ha. Salah satu gangguan kawasan yang sering terjadi adalah kebakaran hutan di musim kemarau. Tingginya intensitas kegiatan masyarakat, baik dari dalam maupun luar kawasan pada saat musim kemarau untuk mencari ikan menyebabkan tingginya resiko terjadi kebakaran hutan. Dari berbagai kasus kebakaran yang terjadi, disebabkan karena unsur kelalaian oknum masyarakat seperti membuat perapian di sela aktifitas mencari ikan, puntung rokok, maupun efek dari proses pembuatan ikan asap (ikan salai) yang menggunakan api yang tidak terkontrol.
Kondisi wilayah kerja Resort Pulau Majang pada saat musim kemarau sangat kering, dimana kondisi danau-danau dan anak-anak sungai tidak ada air sama sekali. Kondisi tersebut menjadi salah satu penyebab sulitnya pelaksanaan kegiatan pemadaman jika terjadi kebakaran hutan. Pembangunan embung-embung air melalui pembuatan dam penahan air di lokasi-lokasi dengan tingkat kerawanan karhutla yang tinggi merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh Resort Pulau Majang bersama kelompok Masyarakat Peduli Api (MPA) Desa Pulau Majang untuk menekan tingkat kebakaran hutan. Pembuatan embung ini terbilang unik karena dilakukan dengan memutus total aliran sungai di daerah perhuluan sehingga menahan aliran air ke wilayah hilir, air akan tertampung dan bertahan lama selama musim kemarau.
Kepala Resort Pulau Majang, Irawan Hadiwijaya menjelaskan, “upaya pembuatan sekat sungai (embung air) tersebut mulai dirintis pada tahun 2019, dimana pada waktu itu telah terbangun 6 buah embung air yang tersebar di sektor utara wilayah kerja Resort Pulau Majang dan tahun 2020 ini akan kita bangun 6 embung lagi”. Ditambahkan oleh Irawan “ujung tombak kegiatan ini adalah MPA Desa Pulau Majang yang berjumlah 55 personil. Ide pembuatan embung ini muncul dari pengalaman pemadaman karhutla di lapangan serta mengadopsi kearifan lokal yang ada di masyarakat Desa Pulau Majang.
Ketua MPA Desa Pulau Majang, Suhaili Yakto, “kehidupan kami sangat tergantung dengan kawaan hutan yang ada di daerah ini untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, baik untuk menangkap ikan maupun pemanfaatan madu hutan, sehingga kami selalu mendukung dan membantu petugas resort dalam menjaga kawasan TNDS terutama dari ancaman karhutla.
Dijelaskan pula oleh Kepala Bidang PTN Wilayah III, Gunawan Budi , “pembuatan sekat kanal sebagai embung air ini memiliki multifungsi, selain akan memudahkan pelaksanaan pemadaman di saat terjadi karhutla, dengan adanya embung air ini maka berbagai jenis ikan masih memiliki tempat atau ruang pada saat musim kemarau. Kegiatan ini akan terus dilakukan di tahun 2020 ini terutama pada wilayah-wilayah yang rawan terjadinya karhutla, termasuk wilayah-wilayah strategis seperti lokasi RHL yang merupakan program penanaman kerjasama dengan BPDASHL Kapuas dan lokasi ANR (Assisted Natural Regeneration) yang merupakan program dari dana HLN yang bersumber dari anggaran FIP-1 ADB, tambah gunawan.
Kepala Balai Besar TNBKDS, Arief Mahmud mengapresiasi kegiatan yang dilakukan oleh Resort Pulau Majang bersama MPA ini, “ini merupakan implementasi kerja keras dan kerja cerdas dari resort dan mitra kita (MPA) di lapangan. Potensi kawasan dan kearifan lokal merupakan faktor kunci yang bisa dipadukan untuk memininimalisir kendala dan tantangan di lapangan, termasuk ancaman bahaya karhutla. Kami sangat sangat mengapresiasi inovasi dan kreatifitas teman-teman di lapangan, terutama MPA Desa Pulau Majang yang merupakan kelompok masyarakat yang secara sukarela dan selalu berperan aktif bersama resort dalam melakukan upaya pengendalian karhutla dan perlindungan kawasan, pungkas Arief.