Pontianak, 3 Mei 2018. Gelaran Borneo SMESCO EXPO 2018 yang diadakan di Pontianak Convention Centre, 3-6 Mei 2018 menjadi ajang memperkenalkan Festival Danau Sentarum dan Betung Kerihun (FDSBK). Tidak hanya cerita dan kemeriahan FDSBK, produk unggulan hasil pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan taman nasional juga ditampilkan. Karenanya, menjadi sebuah keharusan bagi Balai Besar Taman  Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum (TaNa Bentarum) untuk menggemakan kemeriahan salah satu festival di perbatasan ini.

“FDSBK telah dinobatkan sebagai top calendar event oleh Kemenpar bersanding dengan Festival Cap Go Meh, ajang perayaan budaya dan kuliner khas masyarakat di sekitar Taman Nasional Danau Sentarum dan Betung Kerihun, ini harus diketahui masyarakat di Kalimantan Barat khususnya Pontianak” tegas Kepala Balai Besar TaNa Bentarum, Arief Mahmud. Arief menambahkan, produk olahan makanan yang disuguhkan dalam Borneo SMESCO ini mengandalkan sumberdaya lokal yang dipanen secara lestari dan telah diakui dunia seperti Madu. “Madu APDS Sentarum ini tersertifikasi BIOCert dari Jerman sebagai madu organik dan satu-satunya di Indonesia. Keripik rebung juga baru dikembangkan melihat melimpahnya komoditas rebung namun harga jualnya rendah dan masyarakat diajarkan prinsip panen lestari juga” tuturnya.

Sementara itu, alasan dipilihnya Borneo SMESCO sebagai ajang promosi oleh Tana Bentarum dilatari oleh dorongan untuk membangun jaringan pemasaran baru bagi produk-produk yang dihasilkan masyarat lokal di Kapuas Hulu khususnya sekitar TNDS dan TNBK. Hal ini dikatakan Kepala Bagian Tata Usaha Tana Bentarum, Murlan Dameria Pane yang memimpin pameran ini.

“Harapannya kita bisa menemukan buyer potensial yang mampu menyerap produk olahan dan makanan serta membangu jaringan pemasaran bagi produk tersebut sekaligus juga mempromosikan FDSBK yang digelar bulan Oktober” jelas Murlan. Ditambahkannya, meskipun orientasi pemasaran FDSBK berfokus kepada masyarakat di perbatasan dua Negara namun masyarakat Kalbar khususnya Kota Pontianak tetap menjadi prioritas. Hal ini menurutnya karena akses menuju Putussibau sebagai gerbang menuju TNDS dan TNBK relative lebih mudah. “FDSBK memang ruhnya adalah Cross-Border Tourism artinya magnet wisata dan ekonomi masyarakat perbatasan, namun Pontianak sebagai pintu gerbag bagi wisatawan menuju Danau Sentarum dan TNBK juga menjadi prioritas” tegasnya.

Borneo SMESCO Expo ini merupakan gelaran promosi produk UKM kerjasama lintas Kementerian diantaranya Kementerian Koperasi dan UKM, Perdagangan dan Perindustrian bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat.

FSDBK sendiri merupakan ajang perayaan budaya dan ekonomi masyarakat lokal perbatasan khususnya di sekitar TN Danau Sentarum dan TN Betung Kerihun. Tahun 2018, Kementerian Pariwisata menetapkan FDSBK sebagai salah satu kalender event wisata nasional yang ada di Provinsi Kalimantan Barat setelah Festival Cap Go Meh. Kegiatan seperti Balap Sepeda, gelaran permainan tradisional serta lomba perahu hias menjadi magnet bagi masyarakat untuk berpartisipasi sekaligus menikmati keindahan Danau Sentarum. Selain itu, FDSBK juga mampu menggerakkan ekonomi masyarakat lokal dengan bergairahnya bisnis jasa penginapan dan restoran (hospitality). Produk kerajinan seperti kain tenun, baju adat dan souvenir menjadi produk yang banyak diburu wisatawan dalam gelaran FDSBK. Tahun 2017 ajang FDSBK mampu menghadirkan ribuan turis lokal dan juga mancanegara khususnya dari Malaysia yang ingin menikmati ajang budaya terbesar di timur Kalimantan Barat ini. Oktober nanti FDSBK kembali digelar dan saatnya masyarakat Kalimantan Barat menjadi saksi keseruan dan kemeriahan perayaan budaya di Bumi Uncak Kapuas.

Tags:

Leave a comment